Segala puji bagi Allah, Rabb Sang Pencipta; Raja dan Penolong Kaum Muwahiddin yang tertindas; Yang Mematahkan dan Mengalahkan para tirani yang zholim. Shalawat dan salam kepada penutup dan pemimpin para nabi; Imam dan teladan Mujahidin; juga kepada segenap keluarga Beliau dan para Shahabatnya serta seluruh orang yang mengikuti petunjuknya; menghidupkan kembali sunnahnya hingga hari kiamat.
Selanjutnya:
Berdiskusi tentang media pada umumnya, tak diragukan mau tidak mau diskusi kita akan mengarahkan perhatian pada apa yang kita kenal sebagai media jihadi, atau seperti yang sering disebut musuh; situs ekstremis yang mendukung terorisme. Adalah suatu kehormatan bagi kita, Muslim Muwahiddin untuk melancarkan Jihad menteror musuh Allah, dan memerangi mereka dengan segala yang kita sanggupi; dengan hujjah, pernyataan, pena dan lisan, serta pedang, dalam rangka merealisasikan janji Allah pada kita bahwa mereka akan dikalahkan dan Din Allah akan ditinggikan melebihi seluruh nilai keyakinan mereka yang palsu dan syariatnya yang zholim.
Kita menyadari, bahwa diri kita ini adalah bagian tak terpisahkan dari tentara Ahlul Haq yang tengah bersiap untuk menyongsong musuh, menghidupkan kembali ke tengah kancah ummat ini Jihad Ofensif (Jihad Al Talab) dan bukan lagi hanya sekedar melaksanakan Jihad defensif (Jihad Difaa’i). Kita telah melalui fase defensif, dan seluruh perdebatan seputarnya telah menarik perhatian musuh dan dimanfaatkannya untuk melumpuhkan Jihad Ofensif, yang sesungguhnya merupakan ujung senjata tertajam yang dimiliki Ummah Islam.
Peran Mimbar Media dalam Kampanye Jihad
Peran Mimbar Media dalam Kampanye Jihad
Keberadaan mimbar-mimbar media jihadi (yang semakin banyak) adalah anugerah dari Allah Azza wa Jalla kepada segenap hamba-hambaNya Mujahidin beserta seluruh pendukungnya, sehingga dengan keberadaan jaringan media jihadi itu, mereka bisa berkomunikasi satu dengan yang lain dalam rangka menolong Din Allah.
Kita mengetahui, salah satu kesulitan yang dihadapi Mujahidin adalah masalah komunikasi – apakah di antara mereka atau dengan para pendukungnya. Lalu Allah melimpahkan kepada mereka keberadaan mimbar-mimbar media yang semenjak awal dirintisnya dimaksudkan untuk menyebarluaskan program-program Mujahidin dan perjuangan mereka. Lebih jauh, media jihadi berjuang untuk menyebarkan berita yang benar dan realitas yang jujur tentang Jihad, dan melalui media jihadi ini juga persiapan, penghimpunan bekal, hingga rekrutmen Mujahid dilakukan melalui usaha media yang terorganisasi, teratur dan aman.
Musuh telah memobilisasi berbagai batalion sihir media dengan target membangun reputasi yang buruk tentang Mujahidin dan menfitnah Jihad mereka yang mulia. Propaganda penyesatan mereka menimpakan pukulan yang besar terhadap Jihad yang penuh berkah ini dan menyebabkan patah atau tertundanya banyak proyek-proyek Jihadi, sesuai taqdir Allah yang hanya Dia Yang Tahu hikmahnya. Akhirnya, Allah berkehendak untuk menyingkapkan kemunafikan berbagai media ini, hingga wajahnya yang buruk terungkap ke hadapan Ummah. Kesemua hal ini terjadi dengan ijin Allah, melalui usaha berbagai media jihadi. Musuh tidak dapat lagi leluasa menebar fitnah dengan memanfaatkan media penyesat ini, karena Mujahidin dan para pendukung mereka, melalui media jihadi, telah memasuki arena ini dari berbagai pintu dan celah, sehingga musuh tidak mampu membendungnya. Selalu ada celah di mana kalimat kebenaran dapat disampaikan; kepalsuan dipatahkan; gambaran utuh tentang medan pertempuran dapat dipublikasi dan kelemahan musuh (yang selama ini disembunyikan) dapat terungkap. Sehingga musuh bertambah bingung dan gugup dalam menghadapi gelombang Jihad yang penuh berkah.
Usaha dan keberadaan media jihadi ini adalah anugerah dan pemberian sangat besar untuk Jihad dan Mujahidin. Mereka (para media jihadi) seperti benih yang ditanam, maka harus dipelihara dengan baik, disiram, sehingga benih itu akan tumbuh dan menjadi pohon yang kuat, lalu berbuah berbagai hal bermanfaat, dengan ijin Allah. Juga diperlukan improvisasi dan pengembangan tanpa henti melalui segenap para ahli kita di bidang masing-masing, – dan walhamdulillah jumlah mereka ini terus bertambah. Mereka tidak kekurangan apa-apa, kecuali harus lebih meningkatkan koordinasi, profesionalisme, dan menyempurnakan shaf barisannya, agar dapat menunaikan kerja-kerja media yang terorganisasi dengan baik, menepati perencanaan dan jadual yang terarah, dan di bawah kepemimpinan yang waspada dan berjalan di atas petunjuk kebenaran, sebagaimana amal-amal jihadi di medan perang.
Peran yang dimainkan adalah; sudah tentu menghimpun dukungan moral, spiritual, dan logistik kepada tentara kita yang tengah berperang. Ia juga memberikan kontribusi yang besar dalam amaliyat da’wah dan I’dad; juga dalam front peperangan psikologi tanpa henti, dengan menebarkan kebingungan di barisan musuh dan menanamkan teror di hati mereka. Apa yang mereka lakukan setaraf/sepadan dengan yagn telah dilakukan segenap Ikhwan Mujahidin di front pertempuran.
Kami telah menyaksikan –Segala Puji bagi Allah, semakin luasnya kemampuan mimbar-mimbar media jihadi. Kami dapat mengukur tingkat pengaruhnya dengan mengevaluasi bagaimana musuh menghadapi mereka; musuh berusaha dengan seluruh sumber daya yang mereka mampu untuk menghentikan segenap media jihadi ini, memotong komunikasi mereka dengan massa dari Ummah dan rakyatnya.
Terkait peran mimbar media Jihadi dan forum-forumnya, perkenankan aku menyampaikan nasihat, (pertama) kepada Para Administratornya:
Pertama: Agar kalian meneruskan kerja kalian dengan dedikasi penuh dan keteguhan baja. Jadikan seluruh manusia tahu dan memahami, bahwa kesatuan media jihadi adalah salah satu batalion dari batalion-batalion Jihad, kesatuan tentara dari kumpulan tentara yang sama, salah satu muka dari satu koin Jihad yang sama. Amal yang kalian lakukan sepadan dengan pertempuran yang dikobarkan di garis depan, karena front terdepan peperangan dengan front media jihadi adalah dua sisi dari koin uang yang sama.
Kedua: Kalian harus selalu mengembangkan metode kerja kalian, dan (tak kalah penting) bagaimana materi-materi media Jihadi dapat tersebar luas dan terdistribusi; di sisi lain meningkatkan keamanan dan metode perlindungan, sehingga kalian dapat meneruskan kerja-kerja kalian, dan pada saat yang sama melindungi serta mengamankan rahasia segenap ‘member’ dan penulis dari intaian thowaghit. Sungguh, nilai dan arti penting mereka terhadap proyek jihadi tidak kalah dengan para prajurit di medan tempur.
Ketiga: Lipatgandakan dan konsolidasikan koordinasi dengan segenap mimbar Jihadi dan website yang ada, dengan tujuannya untuk saling berbagi pengalaman; bekerjasama dalam bidang yang ada dan keahlian untuk melayani Jihad dan Mujahidin. Sehingga tidak ada masa kosong terjadi. Jika satu mimbar (karena suatu hal) absen, maka yang lain melanjutkan aktifitasnya sehingga Mujahidin tidak terputus berkomunikasi dengan seluruh pendukungnya.
Keempat: Kalian harus mengokohkan hubungan dengan Mujahidin, meningkatkan berbagai saluran komunikasi yang mungkin; berkomunikasi dengan mereka dan menjaga keamanan dan kerahasiaan. Sehingga dapat segera mempublikasikan berbagai hal dari Mujahidin, atau segera mengingatkan Mujahidin tentang berbagai perkembangan terkait masa depan Jihad. Tidak lupa, segenap mimbar dan forum Jihadi ini harus melindungi dan menjaga sebaik-baiknya informasi tentang ‘member’ mereka. Jangan lupa, kekuatan dan ketahanan mereka terletak pada keamanan; dan motivasilah seluruh ‘member’ untuk meningkatkan kreatifitas, dan produktifitas yang bermanfaat bagi kebangkitan Jihad ini.
Aku memohon kepada Allah, agar melindungi segenap ikhwah kita yang berkhidmat mengelola mimbar dan website Jihadi kita; semoga Allah melimpahkan kepada kalian lebih banyak keshabaran, kebijaksanaan, dan keteguhan, dan agar Allah melimpahkan kepada kalian pahala yang sempurna seperti yang diterima Mujahidin, dan agar Allah melimpahkan kepada kita (kami dan kalian) rizqi terbaik, syahid fi sabilillah.
Sebelum melanjutkan, aku ingin menyampaikan kepada segenap musuh Allah yang mendengki, dengan kekuatan Allah Azza wa Jalla, konspirasi mereka akan kita patahkan, dan agen-agen mereka dapat tersingkap dan sebagian dapat kita bunuh.
Menguatkan Hal Positif dan Menghindari Hal Negatif
Aku meyakini bahwa media jihadi memiliki banyak sisi positif. Cukuplah untuk dikatakan bahwa salah satu hasil nyata mereka adalah kesuksesan memecahkan pengepungan besar yang mengikat Ummah kita, serta menghancurkan belitan jerat gurita media mereka terhadap Ummah kita. Media kita mampu menyampaikan kebenaran kepada putra-putra ummah, dan mengungkapkan tipu daya musuh; menyingkap rencana mereka dan kelemahan mereka; serta kekesalan dan kekalahan mereka dalam medan perang ketika menghadapi Mujahidin.
Ini adalah amanah besar, dan asset yang berharga bagi amal Jihadi dan Mujahidin. Belum lagi peran yang lain yaitu dalam rangka mengagitasi (mentahridl) Ummah, sehingga prajurit-prajurit baru bergabung dalam barisan Mujahidin, serta menghimpun berbagai sumber daya yang dibutuhkan demi menolong Jihad, serta amal-amal penting lainnya.
Aku tidak melihat sisi negatif dari media jihadi, dalam kenyataannya dan mempertimbangkan kondisi penuh tantangan yang dialami ummah dalam menghadapi penyerbuan Perang Salib yang seperti air bah ini. Sesungguhnya, aku melihat ada beberapa kendala, halangan, serta rintangan yang harus diatasi dan disingkirkan agar media jihadi kita dapat membawa manfaat yang lebih besar lagi.
Di antaranya:
1. Kader media dan kapabilitasnya harus dilipatgandakan di barisan Mujahidin, agar perimbangan kekuatan akan semakin memihak Mujahidin dalam bidang media, dan berbagai upaya harus dilakukan untuk menguasai teknologi yang lebih baik, dan agar dapat menciptakan pengaruh psikologis yang lebih kuat, baik kepada para pendukung maupun pada pihak lawan.
2. Para pendukung dan putra-putra Ummah harus bermurah hati untuk menyediakan pendanaan yang memadai untuk menutupi kebutuhan dan biaya media Jihadi. Kita mengetahui, agar mampu mengimbangi media musuh, segenap media Jihadi kita memerlukan teknologi yang lebih maju untuk semakin mengembangkan dirinya, sehingga media kita mampu mengatasi berbagai halangan yang dipasang musuh untuk menyampaikan secara utuh dan sempurna berbagai gambaran tentang agenda kita dan hasil peperangan antara kita dengan musuh.
3. Terkait perkembangan terus menerus, aku meyakini bahwa para pendukung dan para ahli (spesialis) harus mengeksploitasi organisasi-organisasi yang dimiliki musuh tersebut begitu juga agensi-agensi independen untuk mempelajari teknologi dan program yang ada di sana. Hal tersebut dimaksudkan sebagai antisipasi jika pada suatu saat (insya Allah) Mujahidin akan memiliki organisasi media swasta sendiri yang independen.
4. Front media adalah front independen yang memiliki nilai tidak kalah penting dari front pertempuran. Aku, meyakini urgensi yang makin besar agar manajemen media jihadi sejalan dengan corak kepemimpinan Jihad. Karena itu koordinasi dan kerjasama yang terorganisir di antara organisasi media jihadi adalah salah satu hal sangat penting untuk segera harus dibangun, juga untuk mengantisipasi dibentuknya satu kepemimpinan yang perannya adalah mengkoordinasikan dan membagi tugas dan spesialisasi di antara berbagai grup media tersebut.
(Seperti forum Syura Mujahidin yang menghimpun berbagai komandan Jihad, lalu syura tersebut menunjuk seorang amir sebagai pimpinan tertinggi yang menyatukan seluruh front dan kesatuan tentara. Maka segenap media jihadi diminta – diperintahkan untuk membangun model koordinasi, syura, dan satu kepemimpinan bersama seperti itu. Pent)
5. Mujahidin – lewat segenap pendukungnya, harus berjuang untuk dapat memiliki chanel video milik sendiri yang berperan untuk menjangkau massa yang lebih luas. Salah satu program terpentingnya adalah menyiarkan laporan berita dan berbagai operasi yang dilancarkan Mujahidin, sehingga dapat menyampaikan realitas nyata dari medan pertempuran kita menghadapi musuh. Sebagai tambahan, chanel video ini juga dapat menyiarkan wawancara dengan segenap pimpinan Jihad dan orang-orang berpengaruh dalam Jihad terkait program-program yang benar yang harus diikuti oleh segenap pemuda dari Ummah ini, bahkan da’wah kepada musuh dan non muslim. (kami telah menyaksikan dan mengetahui banyak Ikhwah kita, yang dulu awalnya berada di pihak musuh, lalu mereka menerima Islam, menjadi hamba Allah yang jujur, dan menjadi prajurit yang bahkan menimpakan kehancuran yang besar terhadap musuh. Kisah para tahanan Guantanamo adalah salah satu contoh yang baik). Aku berpikir target ini akan dapat dicapai lebih cepat dari yang dibayangkan oleh siapa saja, dan para saudara kita prajurit media Jihad akan mencurahkan usahanya yang terbaik untuk merealisasikan tujuan ini. Mereka adalah orang-orang yang sangat inovatif dan tekun, yang akan membuat musuh mereka takjub melebihi teman-teman mereka.
Aku berdoa kepada Allah agar Dia melimpahkan kesuksesan atas segala hal yang Dia cintai dan Dia ridlai, agar Allah mengokohkan kekuatan Jihad dan Mujahidin, dan menyebarkan teror di hati musuh agama ini.
Terkait beberapa hal yang mungkin bisa menjadi alasan kesuksesan majalah Jihadi dan publikasinya, aku ingin mengatakan, dengan taufiq Allah:
Kita semua mengetahui bahwa pada fase terdahulu semenjak awal masa dari seruan (Jihad) penuh berkah ini, kita menghadapi hambatan dan pengepungan yang ketat atas para ikhwah yang bekerja di bidang tersebut. Sebagai tambahan, sangat sedikit yang memiliki sumber daya yang memadai, dan sangat jarang. Betapa sulit kita menemukan orang yang mau untuk berkhidmat (memberikan sumber daya yang ia miliki, mulai dari dana hingga kemampuan) di jalan Allah, dan demi menepati faridlatul ghaibah, kewajiban yang telah hilang dari ummat Muslim kita dan mereka telah menjadi asing terhadapnya. Bahkan Jihad telah menjadi gambaran menakutkan di hati mereka disebabkan konsekuensi yang harus dihadapi oleh mereka yang mendukungnya.
Para perintis di bidang da’wah dan Jihad sangat sedikit, dan mereka yang menekuni bidang media bahkan lebih sedikit lagi, sementara mereka yang telah terjun merintis harus memanggul berbagai amanah berat dalam saat yang bersamaan. Maka menjadi kewajiban kita, khususnya para perintis media Jihad, dan merupakan prioritas khusus dalam agenda kerja mereka, untuk menutup celah kevakuman di bidang media. Juga yang menjadi perhatian adalah kelangkaan para spesialis yang menguasai keahlian tertentu di bidang media dan ketiadaan orang yang mau mengkhidmatkan dirinya di bidang media ini, khususnya kalangan mahasiswa.
Majalah dan publikasi memulai langkahnya dengan penuh semangat dan tekad tetapi tak terlalu lama semangat tersebut memudar dan padam; atau menghilang karena disebabkan kelangkaan sumber daya dan adanya kerja yang lain yang lebih urgen. Dengan berbagai tekanan yang harus dihadapi; khususnya masalah keamanan, segenap ikhwah tersebut dipaksa untuk mengorbankan kerja mereka (di bidang media, majalah, dan publikasi), karena kekhawatiran kerahasiaan serta berbagai urusan penting mereka akan tercium musuh, yang selanjutnya bisa membahayakan keseluruhan amal Jihadi yang tengah diperjuangkan.
Tetapi sekarang, aku meyakini keadaan telah berubah lebih baik, dan banyak gerakan jihadi telah memiliki basis yang stabil dan aman, segala puji bagi Allah, sehingga mereka mampu untuk mengendalikan program untuk mengembangkan para anggotanya. Lebih lanjut, sumber daya dan dukungan teknis semakin tersedia lebih mudah. Para pemuda dapat berinovasi di bidang media, dan gerakan Jihad dapat mengkhususkan beberapa kadernya untuk menekuni bidang ini, sehingga mereka dapat berkhidmat dengan baik dan kontinyu hingga mampu mengembangkan kerja-kerja bidang media secara kreatif, dan mampu melebihi media yang dimiliki musuh.
Lebih jauh, Mujahidin telah mampu menegakkan Imarah Islam yang independen dan berdaulat, seperti di Afghanistan, Chechnya, Iraq, Somalia, dan beberapa imarah lebih kecil yang tersebar di Maghrib Islami, Pakistan, dan Turkistan Timur. Di area-area tersebut, Mujahidin telah memiliki organisasi media yang aman dan dapat diandalkan, walhamdulillah. Dan segenap Ikhwah dari kementerian informasi atau komite media dapat mengungguli dalam hal kreativitas dan menformat program yang tepat untuk hal tersebut.
Kami sebutkan beberapa contoh, khususnya; Yayasan As Sahab, Yayasan Al Furqan, Al Fajr, The Global Islamic Media Front, Yayasan Al Ansar, Al Mas’ada, Al Malahim, Al Somood, Al Ansar Mailing Group, Al Yaqeen Centre, batalion Al Somood, Yayasan Al Andalus, dan berbagai media jihadi lainnya.
Kami juga secara khusus menyebutkan berbagai forum jihadi, dipimpin oleh Asy Syumukh Network, At Tahadi, Ansar Mujahideen, dan lain-lain, yang menjadi mimbar utama (primary backbones) untuk menyuarakan berbagai hal dari segenap yayasan dan kantor resmi media jihad yang kami sebutkan di atas.
Kesemuanya tumbuh untuk mendukung program Salafiyah Jihadiyah, untuk mempublikasikan berbagai berita tentang Mujahidin; dan melayani peran sebagai penghubung antara massa dari Ummah dan berbagai jamaah Jihad yang mengikuti perintah Allah.
Setiap hari kami menyaksikan tumbuh dan berkembangnya, atau lahirnya kembali berbagai mimbar dan media jihadi, aku berdoa kepada Allah agar semakin menambah mereka; dan menunjuki mereka di bawah ri’ayahNya agar mereka mampu merilis seluruh potensi mereka dalam media jihadi berkelanjutan dan istimewa ini, sejalan dengan perkembangan Jihad di seluruh front.
Di antara hal penting untuk menjamin keberlangsungan kreativitas ini adalah keamanan dan ketersediaan sumber daya. Aku juga meyakini kedua kondisi tersebut juga tersedia di wilayah yang telah aku sebutkan di atas. Goresan kreativitas masih dan akan terus berjalan, dan di hari-hari yang akan datang kita akan menyaksikan banyak kejutan yang akan membuat kagum teman maupun musuh, walhamdulillahi Rabbil Alamin.
Perlunya Para Ulama dan Ahlul Ilmi untuk Berpartisipasi dalam Kerja Media
Ilmu dan amal adalah dua sisi dari mata uang yang satu. Bahkan, ilmu mendahului amal, sebagaimana kita semua memahaminya dalam agama kita, Ikhwah fillah. Berdasarkan hal tersebut, dalam berbagai spesialisasi, janganlah mengabaikan bidang syariah. Inilah yang menjadi cahaya penerang yang akan menuntun mereka ke arah pengetahuan, kepahaman, dan kreatifitas. Mereka yang bekerja tanpa ilmu, seperti seorang pengendara yang berjalan di jalan gelap tanpa cahaya, maka bagaimana ia akan menentukan arah?
Maka aku tegaskan, kepada segenap Ikhwah yang tengah menuntut ilmu agar mereka jangan membatasi diri dengan kegiatan studi akademik saja, tetapi hendaknya kalian ikut memberikan pelayanan dan bantuan kepada segenap Ikhwah yang tengah berkhidmat di berbagai bidang; di antaranya adalah bidang media, yang telah terbukti menjadi salah satu senjata efektif untuk menghadapi musuh.
Amal media selalu terkait dengan amal da’wah, menyebarkan kalimatul haq, dan meluruskan pemahaman syariah ummat. Kalian (para ahlul ilmi) tak akan dapat merealisasikan amal da’wah ini, tanpa bantuan ikhwah kita di bidang media.
Pada saat yang sama, aku mengarahkan nasehat ini langsung kepada segenap saudaraku yang saat ini memegang amanah di bidang media, hendaknya kalian memanfaatkan waktu kalian yang berharga untuk menuntut ilmu-ilmu Syariah, agar dapat lebih tajam dalam mengemban urusan kalian dan agar dapat memainkan peran yang lebih penting dalam amanah media jihad ini, insya Allah.
Kondisi perang yang kita hadapi semakin rumit dan kompleks. Kecil kemungkinan seseorang yang hanya menguasai satu spesialisasi akan menjadi pionir atau contoh dalam bidangnya. Kita membutuhkan para pemimpin dan pengarah yang kreatif di segala bidang. Pengetahuan Syariah adalah syarat mutlak (yang tak dapat diberi dispensasi/keringanan), jika tidak maka ideologi lain akan mengalahkan kita dan mempengaruhi kita.
Media Jihadi Harus Memperhatikan Kondisi dan Realitas Sekitarnya
Tak diragukan, kebijakan media harus memperhatikan kondisi realistis yang ada di sekitarnya dan keberadaan media harus menegaskan posisi kebijakannya dalam menghadapi kondisi tersebut. Tak ada hal lain yang dapat kami tegaskan!
Yayasan Al Furqan, sebagai contoh, mengkhususkan perhatian untuk mendistribusikan kebijakan resmi dan pendirian publik dari Daulah Islam Iraq. Sebagaimana kita ketahui, Daulah Islam menghadapi berbagai front peperangan. Ia harus menghadapi tentara Salib penjajah (Amerika dan seluruh sekutunya), tentara murtaddin (penguasa Rafidlah – Syiah, dan sekutunya di pemerintahan boneka Iraq), tentara kaum Munafiqin (Dewan Kebangkitan dan antek-anteknya), serta berbagai grup/jamaah yang mengklaim Jihad sebagai slogannya (mis: Al Jihad Sabiluna. Pent) dan klaim bahwa mereka ikut serta memerangi penjajah Salib.
Daulah Islam (yang tegak di Bumi Rofidain) tersebut harus bekerja dalam dua front secara simultan: front militer, yang diwakili dengan menahan dan mengusir kaum durjana melalui kekuatan senjata (bi saifi yanshur: bersama pedang yang membuka kemenangan) yang dapat kita saksikan dari berbagai (dokumentasi) operasi Jihadi yang dilancarkan berbagai kelompok dan jamaah, dan front Da’wah melalui kekuatan Hujjah kebenaran (bi kitabi yahdi: bersama Kitab yang memberikan petunjuk) yang dilaksanakan oleh yayasan media jihadi untuk menyampaikan Kalimatul Haq kepada seluruh masyarakat umumnya, dan khususnya kepada berbagai faksi yang tengah berperang,yang mungkin dengan da’wah dan hujjah, mereka akan bertaubat, kembali kepada kebenaran dan menjadi pendukungnya. Ini terjadi sebelum faksi-faksi tersebut memisahkan diri. Tetapi setelah pemisahan terjadi, dan telah jelas posisi dan pendirian masing-masing faksi tersebut terhadap perjuangan yang tengah berlangsung, maka menjadi jelas bagi Daulah Islam bahwa memang tidak mungkin dapat diharapkan percaya/beriman kecuali orang-orang yang telah percaya/beriman. Maka Daulah Islam kemudian mengalihkan upayanya menjadi berusaha mengungkapkan kebenaran; agar nyata jalan yang ditempuh kaum mujrimin (orang yang berbuat dosa); untuk mengajarkan kepada Ummah realitas dari berbagai faksi tersebut, sehingga mereka (ummah) dapat mengambil posisi yang sesuai dalam perjuangan yang berjalan. Hal ini benar-benar terjadi pada jamaah-jamaah tersebut yang mengklaim bahwa mereka melaksanakan Jihad dan Daulah Islam telah menyambut mereka; memuliakan mereka dan memberi mereka kesempatan menduduki beberapa posisi berpengaruh dan kedudukan terhormat. Tetapi mereka, ternyata terus saja memaksakan pemisahan (maksudnya mereka memaksa dan merasa berhak ikut memimpin Daulah Islam sehingga meminta ‘jatah pembagian kekuasaan’. Pent) dan menebarkan perselisihan, padahal mereka tahu bahwa Daulah Islam telah memiliki, baik hak dan kekuatan, yang membuatnya layak dan mampu memproklamasikan berdirinya Daulah yang memadai (di seluruh seginya) untuk menerapkan Syariah Ar Rahman dan menggulirkan peperangan untuk menghadapi syariah Syaithon. Iri hati mereka berubah menjadi kedengkian, lalu kebencian, ketika mereka menyaksikan kemampuan Daulah yang diberkati ini dan bagaimana para kabilah dan Muhajirin berhimpun di bawah panjinya, menjadi pendukungnya, sehingga bertambah jumlah warga negaranya.
Sementara para saudara kita di Bumi Maghrib Islami, sebagai contoh yang lain, situasi mereka jelas berbeda dengan yang dihadapi di Iraq. Saudara kita di sana menghadapi musuh yang mewakili kekuatan rejim murtaddin di bawah kepemimpinan kelompok jenderal sekular yang menjadi kepanjangan tangan rejim Salib –Perancis. Mereka didukung kawanan besar jurnalis dan intelektual yang melancarkan perang media untuk merusak citra Mujahidin dan memburukkan tujuan Jihad mereka. Maka harus ada respon untuk menghadapi fitnah konspirasi hebat ini; untuk mengekspos kenyataan rejim yang buruk menindas ini; mengungkapkan kebohongan mereka; dan berusaha menjangkau dukungan hati dan qolbu kaum Muslimin.
Penutup
Penutup
Aku berdoa kepada Allah, agar Dia menjadikan hati kita tunduk menghambakan diri kepadaNya, dan menjadikan kita teguh di atas DinNya; dan menggunakan kita untuk memenangkan agamaNya dan menolong para pemelukNya. Aku berdoa agar Allah membukakan jalan bagi kita untuk dapat bertemu (bertatap muka), dan agar Allah ridla terhadap kita, dan membuat kita mampu untuk memuliakan orang-orang yang taat dan menghinakan orang-orang yang kufur. Dan segala puji bagi Allah, Raja alam semesta.
Oleh : Syaikh Abu Saad Al Amili
Source: http://arrahmah.com/read/2011/03/16/11385-realitas-dan-peran-media-jihadi.html#ixzz1Gv5VsGsq
No comments:
Post a Comment